Ini bukan nama orang, bukan juga nama makanan. Pertama kali mendengar istilah ini ketika Yaya berusia 1 bulan 3 minggu. Yuhu... waktu itu pipinya merah-merah. Awalnya berbentuk bintik-bintik, kemudian si bintik-bintik itu berair dan akhirnya pecah dan bruntusan. Hari-hari pertama pipi Yaya yang mulus menjelma menjadi bruntusan sih cuek-cuek aja, "ah,,paling besok-besok juga ilang sendiri" pikir saya saat itu. Tapi setelah seminggu berlalu kok malah tambah parah. Kenapa ini ?!
Kata Mama itu karna kena ASI, kalo kata orang minang 'biriang susu'. Sempat gak yakin juga sih tapi mengingat kalo Yaya mimik suka seenaknya apalagi suka belepotan karena kecipratan ASI waktu lagi ngalir dengan derasnya. Saya pun mencoba gugling mengenai pipi bayi yang merah dan bruntusan, beberapa sumber menyebutkan kalau merah-merah di pipi atau biasa disebut ruam itu bukan karena ASI, ruam di pipi bayi itu biasanya karena alergi, jadi harus dicari pencetusnya kemudian dihindari.
Waduw... Alergi....??? Yaya kan ASI eklusif ?! Berarti alergi dari yang saya makan dong ya. Saya habis makan apaan ya..?! Mencoba mengulang memori jenis makanan apa yang telah saya konsumsi sampai menyebabkan Yaya alergi. Padahal saya gak suka seafood, makan kacang juga jarang, kalo telur dan keju sih kadang-kadang, tapi kalo susu hampir tiap hari.
Stres mikirin si pencetus alergi, akhirnya saya memutuskan untuk berobat ke klinik tempat Yaya dilahirkan dulu. Benar saja, kata Bu Bidannya "ini ruam susu atau eksim susu atau disebut juga Dermatitis Atopik. Nanti saya kasih salep biar merah-merahnya hilang". Sembari mengambilkan obat Bu Bidan berpesan "jangan makan yang bisa memicu alergi ya. Dan sering-sering bersihin pipinya habis nyusu, jangan didiamin”. Sumpah... Saya selalu bersihin pipi Yaya kok habis Yaya mimik gak didiamin aja. Tapi ya sudahlah, saya cuma bisa iya iya aja waktu BuBid berpesan seperti itu. Dan alhamdulillah dalam hitungan hari setelah memakai salep dari BuBid pipi Yaya kembali mulus. Oia, merk salepnya Bufacort-N. Komposisi yg tertera di kemasan Hidrokortison 1%.
Huuft.... Lega. Saya pikir tamat sudah episode merah-merah di pipi Yaya. Tapi saya salah, sodara-sodara. Dua minggu kemudian, Si ruam is Back. Huaa, galau setengah mateeh. Episode kali ini merahnya gak cuma di pipi Yaya aja, tp juga nongol di semua lipatan pada badan termasuk di punggung. Mengandalkan salep dari bidan dulu, alhamdulillahh merah di pipi hilang tapi tidak di punggung dan semua lipatan di badan. Bintik-bintik merah membentuk pulau-pulau kecil di punggung Yaya, di lipatan tangan, leher dan di belakang telinga.
Hadooooh,,, Sedih liat penderitaan Yaya. Saya hampir nangis tiap malam kalo liatin Yaya ketiduran setelah lelah menangis menahan rasa gatal. Malah yaya jadi rewel kalo cuaca lagi panas-panasnya. Kalo yaya udah kegerahan timbullah si bintik-bintik merah. Apa yaya alergi cuaca yang panas ya...?!, mengingat kota Padang yang memang nagari hangek ini. Aaaaaaarrgggh....
Singkat cerita, waktu itu kami liburan lebaran di kampung abi di Bukitinggi, berharap merah-merah di badan Yaya bisa hilang karena disana cuacanya dingin. Ternyata diluar dugaan, pemirsah. Bukittinggi udah gak sedingin dulu lagi. Malah malam pun tidur udah gak pake selimut yang tebal lagi. Sama dengan di Padang, di Bukittinggi Yaya cuma pake kaos tanpa lengan atau singlet saking gerahnya. Dan si bintik-bintik merah tak kunjung hilang dari badan yaya.
Melihat kondisi Yaya seperti itu, mama mertua saya menyarankan untuk dibawa ke dokter anak di Bukittinggi. Cuus, sorenya kita ke dokter. Tapi si dokter malah belum praktek, karena masih libur lebaran. Jadinya kita tanya apoteker di tempat si dokter praktek, obat apa yang biasa diresepin dokter untuk ruam yang diderita Yaya. Beliau menyarankan mengunakan salep merk Apolar dengan kandungan Desonide 0,05gram.
Sangsi menggunakan obat tersebut tanpa resep dokter, sesampai di Padang saya dan suami membawa Yaya berobat Ke RSIA Cicik. Disana kita konsul dengan dokter spesialis anak, dr. Yorva, SpA. Ternyata beliau meresepkan salep yang sama sewaktu saya masih di Bukittinggi, Apolar, ditambah dengan sabun antiseptik Betadhin dan obat untuk diminum. Curhat cukup lama dengan beliau, barulah saya tau ternyata alergi tidak hanya dari makanan saja, bisa karena debu, cuaca, deterjen atau kosmetik bayi yang digunakan.
Karena begitu besarnya keingintahuan saya tentang apa sebenarnya merah-merah di badan yaya ini, saya searching info sebanyak-banyaknya tentang alergi pada anak, khususnya dermatitis atopik ini.
Kalo penjelasan medisnya, dermatitis atopik adalah peradangan kronik kulit yang kering dan gatal, yang umumnya dimulai pada masa awal kanak-kanak. Saya baca di forum-forum kesehatan semua cirinya mirip dengan masalah yang hilang timbul pada kulit Yaya. Menurut bacaan lagi, penyakit kulit yang satu ini tidak dapat disembuhkan, (haduh,,,amit-amit) namun dengan penanganan yang tepat dapat mencegah dampak negatif penyakit ini. Karena katanya ini penyakit gak bisa disembuhkan, dan yang bisa dilakukan hanyalah pencegahan. Artinya kebersihan badan selalu dijaga dan lebih ngeh dengan pencetus alergi. Alhamdulillah, sekarang ruam di pipi, di lipatan badan dan di punggung udah mulai hilang. Tapi kemungkinan untuk kambuh lagi sangat besar.
Inilah PR tambahan saya sesungguhnya sebagai Mama Baru. PR dimana saya harus tidak mengkonsumsi yang dapat menimbulkan alergi di kulit yaya. PR dimana saya harus menghentikan penggunaan bedak, hair lotion, baby cologne ke badan yaya. PR dimana saya harus menjaga kebersihan kulit Yaya, mengganti baju jika keringat banyak, mengganti deterjen dengan detergen khusus bayi, menggunakan sedikit saja minyak kayu putih hanya dibagian perut saja. Dan seabrek PR lainnya demi kesehatan Yaya.
Yaa... Saya harus bisa mengerjakan semua PR ini. Demi Yaya.
Everything I do, I do it for you, my dear, Fatya Fauzana....